Sabtu, 09 Juli 2016

Museum Kalimantan Barat (2)

Selain ruang pamer tertutup, Museum Kalimantan Barat juga memiliki ruang pamer terbuka yang berlokasi di halaman belakang museum. Berbeda dengan ruang pamer tertutup, berkeliling di ruang pamer terbuka tidak dipungut biaya alias gratis serta bebas dikunjungi dari pagi hingga malam, bahkan ketika museum tutup sekalipun. 

Di ruang pamer terbuka, terdapat replika/miniatur bangunan tradisional. Selain itu, terdapat pula beberapa bangunan yang berasitektur tradisional. Jika di Jakarta terdapat Taman Mini Indonesia Indah, maka halaman belakang museum ini menurutku bisa dibilang Taman Mini versi Kalimantan Barat. Sayangnya, replika rumah tradisionalnya tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sebagian difungsikan sebagai kantor staf museum. Sebagiannya lagi hanya difungsikan pada acara tertentu saja. Pengunjung hanya bisa menikmati replika bangunan tersebut dari luarnya saja.

Berikut ini foto-foto yang kujepret pada 3 Juli 2016:

Gedung Aula Museum, biasanya disewakan dan dijadikan tempat resepsi pernikahan.
Gedung Aula tampak dari depan. Bentuknya yang panjang seperti rumah adat Dayak. Atapnya menyerupai atap rumah adat Melayu. Di depannya tampak dua patung singa yang berasal dari budaya Cina.
Miniatur Rumah Lanting: tempat tinggal suku bangsa Melayu yang bermatapencaharian sebagai nelayan, umumnya terdapat di Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang, dan Kapuas Hulu.
Miniatur Lumbung/Dango: tempat penyimpanan padi setelah panen dan dikeringkan.
Gazebo: struktur pavilun berbentuk segi delapan, biasanya terdapat di taman dan kompleks makam Tionghoa.
Gedung Auditorium Museum, biasanya dijadikan lokasi pameran temporer. Arsitekturnya tampak memadukan rumah adat Dayak dan Melayu.
Miniatur Langkau Kopra: banyak terdapat di daerah Mempawah dan Sambas.
Di sebelai kiri, terdapat Surau yang atapnya menyerupai arsitektur Masjid/Surau di Jawa.
Di sebelah kanan, bangunan bekas toilet yang sudah tak terpakai.
Bangunan berciri khas rumah panggung. Sayang sekali hanya difungsikan sebagai kantor.
Rumah dengan arsitektur tradisional yang juga berfungsi sebagai kantor.
Miniatur Perahu Lancang Kuning: perahu kebesaran Kesultanan Pontianak yang digunakan oleh Sultan dan keluarganya pada acara resmi.
Rumah dengan arsitektur tradisional untuk kantor juga.
Lagi, rumah tradisional yang hanya difungsikan sebagai kantor.
Bangunan bekas kios suvenir, makanan, dan minuman.
Bangunan bekas toilet.
Tidak jelas ini bangunan untuk apa dulunya. Namun atapnya unik, menyerupai atap Rumah Joglo dari Jawa Timur.
Bangunan ini memadukan unsur modern dan tradisional. Rencananya dibangun untuk dijadikan kafe atau tempat makan. Namun entah kenapa tampak terbengkalai. Penampakan luarnya lumayan bagus, namun bagian dalamnya kosong.

Sebagai museum utama tingkat Provinsi Kalimantan Barat, ditambah satu-satunya museum di Pontianak, sangat disayangkan museum ini sepi pengunjung. Padahal museum ini memiliki potensi dan koleksi yang cukup mumpuni. Perlu ada inovasi baru untuk menarik minat pengunjung sehingga tidak bosan meskipun datang berkali-kali. Salah satu yang ada dalam benakku, alangkah baiknya jika pengembangan Museum ini dipadukan dengan Taman Budaya dan Rumah Adat Betang yang jarak satu sama lain cukup dekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar