Selasa, 10 April 2012

Pertabalan Yang di-Pertuan Agong XIV


Esok merupakan salah satu hari bersejarah bagi Malaysia. Rakyat Malaysia akan bergembira menyambut penobatan raja barunya. Sultan Kedah Tuanku Abdul Halim yang menaiki takhta sebagai Yang di-Pertuan Agong ke-14 pada 13 Desember 2011 kemarin, akan melangsungkan upacara penobatan pada 11 April 2012. Baginda akan dinobatkan dengan gelar resmi Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong Almu'tassimu Muhibbudin Tuanku Al-Haj Abdul Halim Mu'adzam Shah Ibni Al-Marhum Sultan Badlisah. Upacara penobatan merupakan tradisi penting dalam sistem kerajaan, karena menurut tradisi, seorang raja baru dianggap resmi menduduki takhta jika upacara penobatan telah dilangsungkan, alias kedudukannya sebagai raja tidak akan diperdebatkan.

Yang lebih istimewa, Tuanku Abdul Halim juga mencetak sejarah baru takhta Yang di-Pertuan Agong. Baginda merupakan sultan pertama dalam sejarah Malaysia yang dua kali menaiki takhta Yang di-Pertuan Agong. Sebelumnya, Baginda juga ialah Yang di-Pertuan Agong ke-5 yang bertakhta pada tahun 1970–1975.

Untuk informasi, Malaysia menganut sistem kerajaan yang unik karena rajanya yang bergelar Yang di-Pertuan Agong menaiki takhta dengan sistem pemilihan, bukan keturunan, dan rajanya hanya bertakhta selama lima tahun. Karena Malaysia memiliki sembilan Sultan serta ingin mengekalkan bentuk kerajaan, maka dianutlah sistem ini untuk menjamin bahwa masing-masing Sultan itu memiliki kedudukan yang setara.

Sistem pemilihannya cukup sederhanya, yakni kesembilan Sultan yang tergabung dalam Majlis Raja-Raja akan bersidang dan memilih salah satu di antara mereka dengan cara voting untuk menduduki takhta Raja se-Malaysia alias Yang di-Pertuan Agong. Namun pada kenyataannya, terdapat suatu konsensus yakni takhta Yang di-Pertuan Agong digilir dari satu Sultan ke Sultan lainnya untuk mencegah munculnya Sultan yang lebih dominan.

Selain menaiki takhta Yang di-Pertuan Agong dua kali, Tuanku Abdul Halim juga mencetak sejarah baru lainnya. Di usianya yang telah menginjak 84 tahun, Tuanku Abdul Halim merupakan Yang di-Pertuan Agong tertua dalam sejarah Malaysia, mengalahkan rekor Yang di-Petuan Agong ke-11 Sultan Salahuddin Abdul Aziz yang berusia 75 tahun.

Meskipun Tuanku Abdul Halim dua kali menaiki takhta, namun tidaklah bagi permaisurinya. Ketika Baginda menaiki takhta pada tahun 1970, istri pertamanya Tuanku Bahiyah dilantik sebagai Raja Permaisuri Agong. Tuanku Bahiyah meninggal pada tahun 2003, maka istri keduanya, Haminah binti Hamidun yang menggantikannya sebagai permaisuri.

Akhir kata, semoga dengan penobatan Yang di-Pertuan Agong ke-14, institusi raja di Malaysia dapat lebih menunjukkan eksistensinya sebagai lambang kedaulatan negara maupun perpaduan bangsa di Malaysia.

Titah Baginda kami junjung
Jasa Baginda kami sanjung

Demi mempertahankan kedaulatan negara
Dinobat serata dunia
Kami doakan, kami pohonkan
Kedaulatan dan kesejahteraan

Menjunjung adat, menjulang martabat
DAULAT TUANKU!
DIRGAHAYU TUANKU!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar